Euphoria Batik

Selasa, Juli 22, 2008

Kita pasti melihat akhir-akhir ini di banyak acara stasiun TV, busana batik menjadi pilihan para pengisi acara tersebut, dari mulai host sampai terkadang kru di lapangan menggunakan busana batik. Apakah hal ini hanya terjadi di stasiun-stasiun TV saja. Ternyata tidak, coba kita jalan-jalan di Mall, Perkantoran dan tempat lainnya, dengan gampang kita temukan orang berbusana batik, memang sih, tidak semuanya mengenakan batik, namun setidaknya kuantitas pemakai batik sungguh sangat melimpah dibanding beberapa bulan yang lalu.

Apa yang menyebabkan hal itu terjadi? Untuk menjawab pertanyaan ini secara akurat dibutuhkan riset yang cukup mendalam, namun secara sederhana ada satu hal yang bisa ditengarai sebagai penyebabnya, yaitu blunder dari negeri jiran malaysia yang mengklaim karya-karya adiluhung nenek moyang kita sebagai karya mereka. Karena hal itulah, secercah semangat nasionalisme bangsa ini bangkit, dari mulai pejabat, desainer, perajin sampai katakanlah tukang sapu jalan ikut terusik. Jadilah batik sebagai pilihan berbusana, meski belum menjadi main wearing, namun setidaknya cukuplah dari pada tidak dilirik sama sekali.
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah para pemakai batik itu sudah cukup kemampuan apresiasinya terhadap batik sehingga tidak hanya menjadi pemakai batik saja tapi bisa meningkat menjadi pengagum batik dan bahkan penikmat batik. Ini menjadi tugas bersama para desainer, perajin batik, kurator batik, kolektor batik, pengusaha batik, pemerintah dan para pemerhati atau penikmat batik lainnya.

Batik sebagai salah satu entitas budaya kita yang bisa bertahan dalam berbagai perkembangan jaman perlu dipahami kaidahnya. Kaidah atau batasan batik itu sendiri telah banyak yang mengemukakannya. Di sini hanya sedikit ingin menambahi, bahwa yang disebut batik adalah pewarnaan pada sebuah media tekstil atau lainnya dengan teknik perintang warna, dalam hal ini yang sering digunakan sebagai perintang warna adalah malam atau wax dalam Bahasa Inggris. Dalam kaidah bahasa, batik berasal dari kata Jawa, mbabar dan titik. Mbabar dalam bahasa Jawa berarti suatu rangkaian kegiatan dengan itensitas yang tinggi untuk memaparkan sesuatu sehingga diperoleh suatu pemahaman atau kesan yang diinginkan. Jadi secara sederhana boleh dikatakan bahwa batik adalah suatu hasil karya yang muncul akibat suatu rangkaian usaha memaparkan suatu kesan dengan merangkai titik. Dan sekali lagi perlu ditekankan bahwa batik bukanlah hanya sekadar bahan tekstil yang bermotif kan batik, tapi kita harus tahu membedakannya...

Dari sudut proses karya, batik saat ini dibagi menjadi tiga kategori; batik tulis, batik cap dan batik print. Batik tulis, yaitu proses membatik (menorehkan. menggambar, menulis) malam/wax pada media kain atau lainnya dengan menggunakan canting. Untuk menggarap selembar kain 2,5 meter dengan proses batik tulis dibutuhkan waktu sekurangnya 2 minggu. Itu untuk motif yang sederhana, sementara untuk motif yang rumit bias mencapai 8 bulan bahkan bisa lebih. Sedang batik cap adalah proses pembatikan (menorehkan malam/wax pada media kain atau lainnya) dengan menggunakan cap/stamp. Untuk kain 2,5 meter dengan proses batik cap dibutuhkan waktu sekitar 2 jam. Sementara batik print adalah proses pembatikan dengan menggunakan cara penyablonan (malam disablonkan). Kain 2,5 meter hanya membutuhkan waktu 2 - 3 menit untuk proses batik print ini.

Dari tiga macam proses batik di atas tadi, terserah kita memilih batik yang mana yang akan kita jadikan sebagai kebanggaan kita masing-masing....

1 komentar:

Si bulet mengatakan...

Sejauh ini saya hanya pemakai dan penikmat batik :) Hidup Bati Indonesia!!!!!
Salam kenal :)